Please Wait, Loading...

Sunday, 25 August 2024

Berlindung Diri Dari Lingkaran Setan

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering menghadapi godaan dan masalah yang dapat mempengaruhi cara hidup kita. Salah satu tantangan terbesarnya adalah melindungi diri kita dari lingkaran setan, yaitu lingkungan atau hubungan yang berdampak negatif terhadap kita, baik secara fisik, emosional, atau spiritual.

Perubahan yang kejam ini bisa berupa hubungan buruk, kebiasaan buruk, atau pikiran buruk. Oleh karena itu, penting menjaga diri dari lingkaran setan bagi seorang muslim yang ingin hidup di jalan yang benar, berikut adalah beberapa sikap yang bisa dijadikan rujukan belajar agar tidak masuk dalam lingkaran setan: 1. Melindungi iman dan agama
Iman dan agama adalah kekuatan paling ampuh melawan godaan dan pengaruh negatif alam. Tuhan Yang Maha Esa berfirman dalam Al-Qur'an: 
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar," (QS. Al-Ahzab: 70)
Ayat ini mengajarkan pentingnya beribadah kepada Allah dalam berbicara dan berbuat baik. Melalui iman yang kuat, kita bisa terhindar dari kuasa jahat lingkaran setan yang ada di sekitar kita. 2. Memilih lingkungan dan teman yang tepat Lingkungan dan teman memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian kita. Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Musa, dari Nabi Muhammad, beliau bersabda: Perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, ada kalanya penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu mendapatkan aroma wanginya. Sedangkan pandai besi ada kalanya (percikan apinya) akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya. (HR.Al-Bukhari: 5108, Muslim: 2628), Ahmad:19163)
Hadits ini mengingatkan kita bahwa sahabat dan lingkungan yang baik mendatangkan kebaikan dan sahabat yang buruk, dan lingkungan mendatangkan keburukan. Oleh karena itu, memilih teman yang baik dan lingkungan yang baik merupakan langkah penting untuk melindungi diri dari lingkaran setan.

3. Hindari kebiasaan buruk
Seringkali lingkaran setan disebabkan oleh kebiasaan buruk yang dibiarkan tumbuh dalam diri kita. Kebiasaan buruk seperti berbohong, malas atau malas akan membawa kita pada lingkungan yang buruk. Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya meninggalkan kebiasaan buruk dan menggantinya dengan kebiasaan baik. Dalam sebuah hadits beliau berkata:
Takutlah kepada Allah di manapun engkau berada. Iringilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menghapuskan kejelekan. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik. (HR. Tirmidzi)
Dengan memperbaiki kebiasaan dan selalu berusaha beramal shaleh, maka kita tidak akan terjerumus ke dalam lingkaran setan.

4. Perbanyak Sholat dan Dzikir
Sholat dan Dzikir merupakan senjata seorang muslim dalam melawan godaan dan pengaruh jahat. Dengan memperbanyak jumlah salat dan zikir, kita melindungi Tuhan Yang Maha Esa dari segala macam marabahaya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Nabi Suci, semoga Tuhan memberkatinya dan memberi kita kedamaian, mengajari kita doa yang sangat penting untuk dibaca setiap hari: 
"Ya Allâh, sungguh aku berlindung kepada-Mu agar aku tidak jatuh dalam kesesatan atau disesatkan; agar tidak jatuh dalam ketergelinciran (kesalahan) atau digelincirkan, tidak berbuat zalim atau dizalimi, dan agar aku tidak berlaku seperti perbuatan orang-orang bodoh (menyakiti dan mengganggu) atau orang lain bertindak bodoh terhadapku". (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
5. Mengingat Alam Semesta
Salah satu cara paling efektif untuk melindungi diri dari lingkaran setan adalah dengan selalu mengingat kehidupan setelah kematian. Dengan mengetahui hari kiamat dan bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita akan lebih berhati-hati dalam bertindak. Tuhan Yang Maha Esa berfirman dalam Al-Qur'an: 
"Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga." (QS. Ar-Rahman: 46)
Mengingat akhirat, seseorang lebih terpacu untuk menjauhi segala keburukan dan menjalani kehidupan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Kesimpulan
Melindungi diri dari lingkaran setan memang tidak mudah, namun penting untuk dilakukan. Dengan menguatkan iman, memilih teman dan tetangga yang baik, menjauhi kebiasaan buruk, memperbanyak doa dan zikir, serta selalu berzikir di kehidupan selanjutnya, Insya Allah kita bisa menjaga diri dari kekuatan jahat dan tetap berada di jalan yang benar. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita agar selalu tekun dalam berbuat kebaikan dan terhindar dari segala keburukan. Amin. Referensi:  https://quran.com/ https://almanhaj.or.id/11113-rasulullah-memohon-keamanan.html https://annur2.net/kebaikan-menghapus-kejelekan/ https://jatim.nu.or.id/keislaman/perumpamaan-teman-yang-baik-Bu9Yj

Posted By adminblog20:40

Friday, 23 August 2024

Teknis Penggantian Sholat Fardhu

Dalam hal teknis penggantian sholat fardhu, sebenarnya aturannya sederhana sekali. Intinya cuma ada tiga prinsip mendasar, yaitu masalah jenis shalat, waktu penggantian dan jumlah penggantian.

1. Jenis Shalatnya Sesuai
Lakukanlah shalat penggantian sesuai dengan jenis shalat yang ditinggalkan. Bila Anda meninggalkan shalat shubuh, maka shalat penggantinya juga harus shalat shubuh. Tidak bisa dan tidak sah kalau diganti dengan shalat Dzhuhur, Ashar, Maghrib atau shalat Dhuha.

Prinsipnya shalat pengganti harus shalat yang sama. Bahkan meski diganti dengan shalat yang sama-sama wajib sekalipun, tetap saja tidak sah. Apalagi bila diganti dengan jenis shalat yang lebih rendah, tentu saja tidak dibenarkan.

Yang lebih parah lagi, ada orang yang berijtihad keliru dengan mengatakan bahwa shalat fardhu lima waktu cukup diganti dengan dzikir, sedekah atau amal shalih.

2. Waktu Penggantian
Waktu untuk melakukan penggantian shalat ini sebenarnya bebas tanpa aturan. Sehingga shalat penggantian ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa harus terikat dengan waktu-waktu khusus.

Memang ada sebagian kalangan yang menyarankan agar waktu penggantian disesuaikan dengan waktu shalat yang ditinggalkan. Misalnya untuk mengganti shalat Maghrib maka lakukan pada waktu Maghrib. Untuk mengganti shalat Shubuh lakukan penggantiannya di waktu Shubuh.

Sebenarnya ini cuma saran untuk memudahkan, tetapi ini bukan ketentuan baku. Buktinya justru Rasulullah SAW sendiri malah tidak melakukannya. Beliau mengganti shalat yang terlewat justru bukan di waktu shalat itu.

Ketika beliau meninggalkan 4 waktu shalat, yaitu Dzhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya' dalam peristiwa perang Khandaq di tahun kelima hijriyah, penggantiannya justru dilakukan pada tengah malam. Bahkan beliau melakukan penggantian itu dengan berjamaah, tanpa menunggul waktunya sesuai dengan shalat yang ditinggalkan.

Dan tatkala beliau dan para shahabat kesiangan shalat Shubuh sepulang dari Perang Khaibar di tahun keenam hijriyah, maka penggantian shalat Shubuh itu dilakukan di waktu Dhuha. Beliau tidak mengganti shalat Shubuh di waktu Shubuh.

Kesimpulannya, waktu untuk melakukan shalat penggantian tidak ada ketentuannya dan boleh dikerjakan kapan saja.

3. Jumlah Shalatnya Sesuai

Jumlah shalat pengganti harus sesuai dengan jumlah shalat yang ditinggalkan. Prinsip ini sangat masuk akal dan logis. Orang yang berhutang 1 juta maka wajib mengganti 1 juta. Maka hutang shalat lima waktu dalam sehari semalam, maka wajib diganti dengan shalat yang sama sebanyak shalat yang ditinggalkan dalam sehari semalam.

Yang seringkai jadi masalah, ada sementara orang yang sampai lupa berapa kali meninggalkan shalat. Mungkin sebabnya boleh jadi selama ini dia berpikir bahwa shalat yang ditinggalkan itu tidak perlu diganti. Tentu pemikiran ini termasuk pemikiran sesat dan menyesatkan. Entah siapa yang awalnya berfatwa macam ini, yang jelas jumhur ulama 4 mazhab semua sepakat bahwa shalat yang ditinggalkan wajib diganti.

Maka dalam hal ini yang diperlukan adalah melakukan penaksiran atau appraisal. Dalam dunia perbankan cara appraisal ini adalah suatu penaksiran harga pasar terhadap jaminan, yang mana akan digunakan oleh Bank sebagai harga jaminan.

Sedangkan kalau pakai bahasa syariah, yang harus dilakukan adalah muhasabah, sebagaimana perintah Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhu :

حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا وزنوها قبل أن توزنوا

Hitung-hitunglah dirimu sendiri dulu sebelum nanti kamu dihitung. Dan timbang-timbanglah amal dirimu sendiri dulu sebelum nanti amal kamu ditimbang. (HR. At-Tirmizy)

Kalau dosa atau maksiat biasa, tentu agak sulit untuk menghitungnya. Karena dosa dan maksiat itu tidak berupa suatu bentuk pekerjaan yang utuh yang bisa dihitung jumlahnya. Lain halnya dengan shalat, shalat itu berwujud suatu ibadah yang bisa dihitung jumlahnya. Maka ketika seseorang meninggalkan shalat, khususnya shalat lima waktu, sesungguhnya mudah sekali untuk menghitungnya.

Maka coba perhitungkan kira-kira berapa kali Anda pernah meninggalkan shalat lima waktu selama dalam perjalanan hidup ini, setidaknya sejak awal mulai baligh dan wajib mengerjakan shalat. Tapi jangan dijawab dengan,"Wah, banyak sekali dan tidak terhitung".

Jawaban model ini adalah jawaban orang yang tidak berniat mau mengganti shalat. Atau setidaknya  itu adalah jawaban khas orang-orang yang aslinya memang tidak mau shalat. Memang dasarnya malas dan ogah shalat, pada waktunya saja sudah tidak shalat, apalagi bicara penggantiannya, tentu saja sudah malas-masalan untuk menghitungnya. Dan itu adalah ciri orang munafik sebagaimana firman Allah SWT :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. (QS. An-Nisa' : 142)

Hitung saja usia Anda sekarang ini berapa, lalu kurangi pada usia berapa Anda pertama kali memasuki usia baligh. Itu modal hitungan dasarnya. Misalnya saat ini Anda berusia 40 tahun dan pertama kali balligh di usia 15 tahun. Berarti Anda cuma tinggal menguranginya saja,  40-15=25 tahun.

Apakah selama 25 tahun itu Anda tidak pernah shalat sama sekali? Tentu saja Anda pernah shalat. Berapa kira-kira perbandingan antara shalat dengan tidak shalat? Adakah tidak shalatnya sampai 50 %? Ataukah tidak shalatnya di bawah itu, misalnya 40%, 30%, 20% atau 10%?

Silahkan dihitung-hitung dan ditimbang-timbang sendiri. Karena cuma Anda dan Allah SWT saja yang tahu. Dalam hal ini Anda boleh saja curang, itu hak Anda. Bahkan Anda boleh bilang bahwa sama sekali tidak punya hutang. Toh nanti curang atau tidak curang itu akan dibuktikan di akhirat. Tentu saja para malaikan punya catatan shalat Anda sepanjang hidup.

Anggaplah Anda jujur dan yakin sekali bahwa jumlah shalat yang ditinggalkan cuma 10% saja. Itu berarti 2,5 tahun alias 365 hari x 2,5 tahun = 913,5 hari. Kita bulatkan menjadi 915 hari. Dalam sehari ada 5 waktu yaitu Dzhuhur, Ashar, Maghrib, Isya' dan Shubuh.

Maka jumlah shalat yang wajib Anda ganti langsung ditemukan, yaitu 915 hari atau 4.565 kali shalat. Tentu saja Anda tidak mungkin menggantinya sekaligus dalam sehari. Mungkin Anda butuh waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu lamanya untuk mengerjakan semuanya.

Oleh karena itulah shalat ini bisa dilaksanakan secara bertahap alias dicicil, sebagaimana kita mencicil pembelian sepeda motor, mobil, rumah, tanah dan lainnya. 

Posted By adminblog13:23