Please Wait, Loading...

Wednesday 5 January 2011

Fenomena Cincin Matahari

Berawal dari kabar yang bersumber dari rekan kerja, media elektronik maupun dunia internet, terdengar kabar mengenai cincin yang mengelilingi matahari disiang hari. Beberapa informasi menyebutkan fenomena tersebut dikenal dengan fenomena halo matahari. Penulis bertanya-tanya kejelasan dari fenomena halo matahari tersebut,  kalimat fenomena halo matahari bagi penulis sangatlah asing didengar, kemungkinan juga bagi para pengunjung blog ini.

Fenomena halo matahari, muncul di kota yogyakarta di awal tahun ini tepatnya  tanggal 04 januari 2011. Mungkin bagi para pengunjung blog ini bertanya-tanya bagaimana proses terjadinya fenomena halo dan apakah halo itu?

Dalam bahasa dan tulisan latinnya Halo dituliskan sebagai berikut λως, yang juga disebut sebagai nimbus atau gloriole, dengan definisi yaitu suatu  fenomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber cahaya dan yang lebih sering terjadi di langit. Jika di  malam hari biasanya kita lihat saat terjadinya bulan purnama dan jika pada siang hari ketika matahari pada posisi tegak lurus terhadap bumi, jelas tidaknya cincin yang muncul dipengaruhi oleh proses refleksi dan refraksi cahaya dari  partikel air yang terdapat di awan cirrus, awan cirrus merupakan awan yang letaknya di troposfer dengan ketinggian kisaran 5-10 km dari permukaan bumi.

Fenomena ini tidak jauh berbeda dari proses terbentuknya pelangi setelah turun hujan. Logika terjadinya fenomena halo ini yaitu adanya curah hujan yang tinggi, dan adanya penguapan partikel air hingga ke atmosfer dimana suatu partikel air memiliki kemampuan untuk membelokan atau membiaskan cahaya matahari, prakiraan setelah musim hujan ini berakhir maka fenomena halo ini diperkirakan  tidak muncul kembali dan jika muncul kembali maka itu adalah kehendak Alloh swt semata, rujukan terhadap Al-Qur’an seperti tertulis dalam surat Asy-Syams ayat 1 – 15 mengenai “Matahari” yaitu yang berbunyi  sebagai berikut :

wasysyamsi wadhuhaahaa
[91:1] Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,

walqamari idzaa talaahaa
[91:2] dan bulan apabila mengiringinya,

wannahaari idzaa jallaahaa
[91:3] dan siang apabila menampakkannya,

wallayli idzaa yaghsyaahaa
[91:4] dan malam apabila menutupinya,

wassamaa-i wamaa banaahaa
[91:5] dan langit serta pembinaannya,

wal-ardhi wamaa thahaahaa
[91:6] dan bumi serta penghamparannya,

wanafsin wamaa sawwaahaa
[91:7] dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),

fa-alhamahaa fujuurahaa wataqwaahaa
[91:8] maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.


qad aflaha man zakkaahaa
[91:9] sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

waqad khaaba man dassaahaa
[91:10] dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

kadzdzabat tsamuudu bithaghwaahaa
[91:11] (Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas,

idzi inba'atsa asyqaahaa
[91:12] ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka,

faqaala lahum rasuulullaahi naaqatallaahi wasuqyaahaa
[91:13] lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: ("Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya".

fakadzdzabuuhu fa'aqaruuhaa fadamdama 'alayhim rabbuhum bidzanbihim fasawwaahaa
[91:14] Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah),

walaa yakhaafu 'uqbaahaa
[91:15] dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu.

Hikmah apa yang perlu diambil dari fenomena ini, penulis mengajak para pengunjung blog mari untuk merenungi dari diri kita, dimisalkan jika kita  memandang matahari dengan menelunjukan jempol dari bumi maka besarnya matahari akan terlihat sebesar jempol kita, tetapi jika kita  mendekati matahari di luar sana maka matahari akan sangat besar dan lebih besar dari bumi yang diinjak ini, artinya kita adalah manusia yang tidak sepatutnya memandang rendah (sombong) dari apa yang ada disekitar kita, dan manusia adalah makhluk kecil yang bila dibandingkan dari apa yang telah diciptakan oleh sang kholik. Maka dari itu apa yang kita miliki baik harta, pangkat, jabatan maupun kepemilikian lainya bukanlah sesuatu yang besar, yang besar dan agung hanyalah milik Alloh swt semata.

Fenomena halo ini adalah suatu fenomena yang diperlihatkan oleh Alloh swt untuk diambil hikmah positifnya dan sebagai bahan renungan dari diri kita masing-masing, bukan suatu fenomena yang menjadikan kita syirik atau apalagi dihubung-hubungkan dengan hal-hal syirik yang lain. Demikian seklumit tulisan mengenai fenomena halo dan semoga dari fenomena alam ini serta fenomena alam-alam yang lain akan lebih menjadikan suatu renungan dan kajian bagi diri kita agar lebih meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alloh swt. Aminn.

Semoga bermanfaat.